Home » , » Cerpen Islam : Berhijab Kewajiban Bukan Hiasan Semata

Cerpen Islam : Berhijab Kewajiban Bukan Hiasan Semata


Berhijab Kewajiban Bukan Hiasan Semata
Cerpen Karangan: 
Lolos moderasi pada: 11 April 2016

Hari ini tak jauh beda dari hari-hari yang lalu. Aku hanya duduk sendiri di kursi taman sekolah, sesekali aku membersihkan kacamataku yang menjadi sahabatku untuk melihat dunia ini. Lagi asyik melamun, tiba-tiba Ola dan kedua temannya Lia dan Sarah menghampiriku.
“Eh, Cemara… lo mau gak gabung sama kita, nanti sore belajar kelompok jam 04.00 di rumah Ola?” kata Sarah sambil duduk di sampingku.
“Maaf ya, nama saya kasih bukan Cemara.” Kataku dengan sopan.
“Haha.. kamu itu lebih pas dipanggil Cemara (cewek mata rabun).” Kata Lia mengejekku.
Aku hanya diam dan berusaha untuk tetap tenang mendengar ocehan mereka. Entah apa maksud tujuan mereka menemuiku, apa mereka hanya sekedar ingin mengejekku saja.
“Sudahlah, jangan kalian tertawa terus. Emm.. begini maksud aku ke mari, aku mau kamu ikut gabung dalam group kita. Jadi kalau kamu mau ikut gabung, aku tunggu di rumah jam 04.00 sore untuk belajar bareng. Aku tunggu loh, bye kasih.” Kata Ola sambil melangkah pergi bersama kedua temannya.

Senang rasanya diajak bergabung dengan group mereka. Kenapa tidak? Ola adalah cewek terpintar dan tercantik di sekolah, jadi wajar banyak orang yang ingin dekat dan ingin menjadi teman satu groupnya. Lain halnya denganku, sangat jauh berbeda. Aku hanya memiliki kepintaran pas rata-rata, dan secara fisik aku sangat standar. Ditambah lagi banyak chocochips di wajahku alias jerawat yang melukis di wajahku ini. Ini bisa menjadi kesempatan emas bagiku untuk bisa bertukar ilmu dengannya, mana tahu saja bisa pintar seperti dia. Kesempatan ini pun tidak aku sia-siakan. Tepat jam 04.00 sore aku pergi ke rumah Ola memakai baju muslim yang dibelikan ibu dan jilbab kesukaanku. Ternyata mereka sudah menunggu, dari jauh mereka tertawa melihatku. Entah apa yang lucu dari diriku, tapi aku berusaha positive thingking agar tidak terpancing emosi.
“Nah, karena sudah kumpul semua, jadi kita shopping dulu, baru belajar. Kamu ikut kan Kasih?” tanya Ola.
“Ikut, tapi aku gak bisa lama-lama, soalnya kata Ibuku tidak boleh pulang terlalu sore.”
“Tenang aja, beres itu. Eeiits.. tunggu dulu, kayaknya style kamu agak diubah deh.. nanti kira orang kita bareng ustadzah yang lagi mau show.”

Ternyata mereka menertawakan penampilanku yang seperti ustadzah. Ola dan kedua temannya menyuruhku untuk melepas jilbab dan mengganti gaya penampilanku. Aku malu di hadapan mereka, aku tidak mau terus-terusan diejek sama mereka. Aku pun menurut apa kata mereka. Setelah merubah penampilanku, kami pun pergi ke mall bersama.
Tengah asyik belanja, aku bertemu ibu. Ibu yang melihatku langsung menarik tanganku menjauh dari teman-temanku.

“Kasih, apa yang kamu lakukan Nak? Ke mana jilbab kamu?” tanya ibu. Aku hanya diam membisu seperti patung.
“Kamu selesaikan urusan kamu dengan teman-teman kamu, Ibu tunggu kamu di rumah.” Rasa menyesal, takut, dan sedih bercampur aduk menjadi satu seperti permen nano-nano. Aku pun harus pulang lebih dulu daripada mereka, karena aku tidak mau membuat ibu tambah marah kepadaku. Setiba di rumah ibu sudah menungguku di ruang tamu. Aku pun melangkah masuk dan duduk di samping ibu.

“Kasih, kenapa kamu membuka jilbab kamu Nak? Dan apa alasan kamu melakukan itu? Coba kamu cerita sama Ibu?”
“Kasih malu sama teman-teman Bu, mereka mengejek Kasih terus. Makannya kasih buka jilbab. Lagi pula kalau Kasih mau gabung sama group mereka Kasih harus ubah gaya. Dan tujuan Kasih juga baik kok Bu, Kasih hanya mau pintar dan cantik seperti Ola agar banyak yang mau berteman dengan Kasih dan bisa buat Ibu bangga karena Kasih bisa pintar kayak Ola.” kataku mencoba meyakinkan ibu agar tidak memarahiku. Ibu terdiam, dan matanya meneteskan air mata. Aku merasa bersalah sekali, karena ucapanku membuat ibu mengeluarkan air mata.

“Ibu.. jangan menangis.” sambil menyeka air mata ibu.
“Nak, Ibu tidak bangga jika anak Ibu pintar tapi akhirnya dia tidak berakhlak yang baik, Ibu tidak bangga jika anak Ibu cantik tapi tidak menutup auratnya. Dengarkan Ibu Kasih, Ibu sudah bangga dengan kamu walau kamu selalu kalah dalam pertandingan, walaupun kamu tidak memiliki wajah yang cantik, karena apa? Karena kamu mau menutup aurat kamu Nak. Ibu merasa telah berhasil mendidik puteri Ibu menjadi anak yang saleha. Tapi, apa yang kamu lakukan ini nak? Ini membuat luka hati Ibu.” Tak kuasa aku mendengar keluh kesah ibu. Ternyata perbuatanku melukai hati ibu. Sungguh penyesalan yang sangat mendalam bagiku. “Kasih janji Bu, kasih tidak akan mengulangi itu.”

“Berajanjilah pada dirimu sendiri dan kepada Allah Nak. Kasih, berhijab bukan hanya sekedar trendy ataupun untuk perhiasan kepala saja, tapi itu adalah kewajiban kita sebagai wanita untuk menutup aurat kita. Jangan malu jika diejek oleh teman-teman kamu. Selagi bukan Allah yang mengejek kamu jangan pernah hiraukan perkataan mereka jika mereka ingin menyesatkanmu. Sahabat yang baik adalah orang yang mau berteman dengan kita tanpa ada syarat yang harus kita penuhi. Semua akan indah pada waktunya Nak, kamu pasti bisa jauh lebih pintar dari Ola, asal kamu melebihkan sedikit usaha kamu. Manjadda wa jadda. Siapa yang bersungguh-sungguh, maka dialah yang akan berhasil. Paham Nak?”
“Paham Bu, tapi Ibu jangan nangis lagi ya, Kasih minta maaf Bu?” kataku sambil ku peluk ibu.
“Iya sayang,” sambil tersenyum.

Puas rasa hati jika melihat ibu tersenyum lagi. Ternyata benar perkataan ibu, Ola hanya mengerjaiku saja. Mereka hanya ingin melihatku dimarahi oleh ibu. Tapi biarlah aku tidak perlu membalas perbuatan mereka dengan kekerasan, biar yang Maha Kuasa saja yang membalasnya. Aku pun menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat, aku mensyukuri atas apa yang Allah berikan, kata ibu semua akan indah pada waktunya. Ya, itu benar sekali. Setelah tamat sekolah aku mendapatkan beasiswa di universitas Amerika serikat. Sedangkan Ola dan temannya mereka tidak lulus UN, sehingga harus ujian paket. Itulah balasan bagi orang yang angkuh atas kepandaiannya dan inilah keindahan yang Allah janjikan kepada umatnya yang bersabar dan bertakwa. Terima kasih ibu atas nasihatmu, jilbab ini akan terus ku jaga sampai akhir hayatku.
The End
Cerpen Karangan: Widya Nursyah Fitri
Facebook: Widya Nursyahfirti
Nama saya Widya Nursyah Firti. Saya kelas XII ipa dan bersekolah di SMA N 4 tanah putih.


Sumber :  cerpenmu.com

1 komentar: